Bicara tentang kerusakan lingkungan, pasti berhubungan erat dengan global warming dan sudah seharusnya kita sebagai penduduk bumi dapat mengambil tindakan nyata untuk menyelamatkannya demi anak cucu kita, melalui perilaku sederhana, seperti mengurangi polusi udara, membangun rumah ramah lingkungan, hemat air, dsb. Hal-hal di atas memang terlihat sepele, namun terbukti cukup efektif. Karena di keadaan yang sudah siaga 1 terhadap global warming seperti ini, bukan lagi rapat atau KTT yang kita perlukan, tetapi lebih kepada tindakan nyata dari masing-masing individu. Hal ini juga bias dikatakan sebagai “penebusan dosa” kita terhadap bumi yang telah kita sakiti, karena tidak bisa dipungkiri lagi, kerusakan bumi sepenuhnya adalah tanggung jawab kita. Dengan kata lain, kita yang merusak kita juga yang harus memperbaikinya.
Sekarang coba kita lihat lagi, tindakan apa saja yang telah kita lakukan terhadap bumi. Kita sering membuang sampah sembarangan, menggunakan listrik dan air secara berlebihan atau boros, dan yang paling parah kita menciptakan greenhouse effect terhadap bumi kita sendiri! Kalau hal ini terus dibiarkan, dan global warming tidak segera ditangani secara serius, maka waktu yang kita miliki hanya tinggal 10.950 hari lagi! Apakah kita hanya akan menunggu sampai bencana itu benar-benar terjadi?? Jawabnya tidak!
Maka hal pertama yang paling penting untuk dilakukan adalah merubah mindset kita yang semula kita selalu berpikir, “tenang aja, ga akan terjadi sekarang, masih lama.” Padahal, kalau kita mau membuka mata dan sedikit keluar dari zona nyaman kita, maka sebenarnya bahaya global warming telah mengetuk pintu rumah kita. Tandanya sudah terasa, musim yang kacau, banjir di satu daerah, kekeringan di tempat lain pada saat yang sama.dan semakin banyaknya bencana alam yang terjadi.
Dari sekian banyak tindakan kita yang telah menyakiti bumi ini, masalah transportasi adalah masalah terbesar, karena transportasi adalah kegiatan kita yang langsung melibatkan penggunaan bahan bakar dan penyumbang emisi karbon terbesar. Sehingga mau tidak mau, demi mengurangi efek global warming, kita harus beralih menggunakan kendaraan umum. Hal ini tidak mudah, mengingat keadaan transportasi umum di Indonesia masih belum bisa dikatakan layak, bahkan bisa dikatakan sangat buruk, maka disinilah peran eco-driving diperlukan. Eco-driving adalah berkendara sesuai prinsip ramah lingkungan. Dengan eco-driving, kita dapat menghemat BBM, mengurangi emisi gas buang, dan polusi udara. Dengan adanya eco-driving, kita bisa tetap menggunakan kendaraan pribadi tanpa menambah emisi karbon.
Prinsip-prinsip dasar eco-driving adalah:
1.Jangan memanaskan mobil terlalu lama, karena bisa memboroskan bensin. Selain itu, mesin mobil sekarang dirancang cepat panas.
2.Jangan mengubah kecepatan secara tiba-tiba. Jangan langsung tancap gas begitu mobil dinyalakan. Demikian sebaliknya, turunkan kecepatan secara perlahan.
3. menyetirlah dengan kecepatan konsisten, hindari mengebut karena menyetir secara agresif bisa memboroskan 33% bensin dibandingkan kecepatan normal.
4.Matikan mesin kendaraan, kalau sedang menunggu atau berhenti. Menyalakan kembali mesin ternyata lebih sedikit menghabiskan energi disbanding kalau mesin dibiarkan menganggur selama 10 detik.
5. Muatan/beban adalah faktor yang mempengaruhi pemakaian bahan bakar yang utama. Penambahan beban 100 kg pada kendaraan ukuran sedang (1500 kg) akan meningkatkan konsumsi bahan bakar sekitar 6 – 7%. Kurangi beban tambahan yang tidak perlu pada kendaraan.
6.Hindari pemakaian kendaaan untuk jarak dekat karena mesin yang dingin mengonsumsi bensin 2 kali lipat lebih banyak.
Bahkan, menurut survey di Eropa. Eco-Driving dapat menghemat 20-30% persen penggunaan bahan bakar, sekaligus mengurangi emisi gas buang, polusi suara dan angka kecelakaan. Menurut European Climate Change Programme memprediksikan bahwa pada tahun 2010 nanti praktek eco-Driving ini akan mampu mengurangi 50 juta ton emisi karbon di Eropa.
Tapi, eco-driving bukan solusi terbaik untuk mengurangi emisi dari sector transportasi. Eco-driving hanya untuk mengurangi penambahan emisi karbon yang kita lepaskan. Langkah yang lebih baik memang menggunakan kendaraan umum untuk menghemat bahan bakar.
No comments:
Post a Comment